Liburan Sekolah Tetap On Fire :
Belajar Tidak Harus dengan Buku
Artikel Ditulis oleh Inesia Pratiwi | Juli 2025
Memiliki dua jagoan kecil yang berada di masa golden age, membuatku sedikit paham tentang perbedaan anak laki-laki dalam belajar dibanding anak perempuan. Di usianya kini, mereka terlihat belum tertarik untuk belajar dengan fokus dan serius. Menyelesaikan worksheet pun harus dirayu sedemikian rupa baru mau dikerjakan, itu pun harus tanpa gangguan sama sekali agar fokusnya tidak buyar dan konsentrasinya terdistraksi.
Anak laki-laki lebih dominan masih ingin bermain-main, mengeksplorasi kegiatan di luar rumah dan mencoba hal baru yang agak ekstrem. Di situlah tantanganku saat musim liburan tiba, memutar otak agar tetap bisa melakukan kegiatan belajar anak saat liburan walau hari-harinya lebih banyak dihabiskan dengan bermain.
Begitu pula saat fase pertumbuhan, otak anak-anak sebaiknya selalu diisi demi perkembangan yang maksimal. Lalu, bagaimana jika momen liburan sekolah sudah tiba? Apakah artinya otak anak berhenti terisi?
Aktivitas edukatif selama liburan yang bisa dilakukan adalah bermain. Yap, bermain sambil belajar. Tak perlu khawatir,
anak-anak memang cenderung suka bermain, ini memang fase mereka. Tetapi, di zaman sekarang, hanya dalam
genggaman, Parents bisa mendapatkan beragam mainan anak yang edukatif hanya
dari ponsel. Tinggal pesan, kirim, dan kurir akan tiba di rumah mengantar
paket.
Beberapa mainan yang bisa menjaga kemampuan tetap optimal selama
liburan contohnya seperti Mini Bricks, Block, Puzzle, dan DIY mainan
lainnya. Tak melulu harus belajar 1+1=2, belajar juga bisa lewat jalan lain.
Sebagai contoh, Arsha, anakku yang pertama, paling suka sekali dengan mainan bertema bongkar pasang. Dari kepingan-kepingan kecil yang berantakan itu, akan terbentuk menjadi sebuah bangunan, kendaraan, dan entah apapun bentuk lain sesuai dengan imajinasinya. Duduk berjam-jam mengerjakan PR tidak akan membuatnya betah, namun duduk berjam-jam merakit mainan tidak akan membuatnya jenuh.
Tak jarang pula, ia akan melakukan monolog terkait hasil susunan balok ataupun puzzle yang dibuat. Seolah-olah ia adalah seorang Dalang pembawa Wayang. Dan hal-hal seperti itu juga bisa disebut dengan belajar, bukan?
Merancang bangunan dengan mainan bisa menjadi sarana untuk
melatih otak anak-anak agar tidak beku. Melatih ctirical thinking,
menyusun strategi, mengembangkan kesabaran dan motorik anak, juga meluaskan imajinasi. Semua itu sangat
berguna untuk mengisi kegiatan belajar anak saat liburan, sebagaimana menjadi sebuah bagian dari
Metode Belajar Mandiri di Kumon.
Kemampuan anak berbeda-beda, ada yang cepat tanggap, ada pula yang
butuh waktu untuk memahami. Begitu pula dengan ingatan memori, ada yang cepat
hafal, ada juga yang butuh berkali-kali baru hafal.
Nah, agar menjaga kemampuan belajar tetap optimal selama
liburan, sebaiknya anak-anak tetap dilatih untuk mengingat kembali
pelajarannya. Tak perlu lama, tak perlu banyak. Cukup berikan selembar soal
setiap harinya selama 30 menit. Biarkan anak-anak mengerjakan ulang bab yang
telah mereka pelajari selama di sekolah.
Sesuatu yang dikerjakan terus-menerus
walaupun sedikit, akan berefek pada kinerja ingatan mereka yang masih perlu
terus diasah.
Dijamin, ketika masuk sekolah lagi, anak-anak tidak akan lupa
dengan pelajaran yang telah mereka hafalkan dan pahami sebelumnya. Anak-anak
juga akan semakin siap melanjutkan belajar ke level yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
Belajar berjam-jam memang bagus, tapi apa untungnya jika dilakukan
hanya sistem kebut semalam? Untuk apa belajar berlama-lama hanya jika ada tugas atau ujian? Dibanding itu, duduk
belajar 30 menit namun dilakukan setiap hari akan berefek jauh lebih bagus pada
perkembangan otak anak. Rasa jenuh pun tak akan terlalu membebani mereka
walaupun dilakukan setiap hari.
Belajar tidak harus selalu dengan buku. Ada metode lain untuk
mengembangkan otak agar selalu bekerja walau dalam musim liburan. Belajar lewat
tontonan adalah salah satu contoh edukasi menyenangkan selama liburan sekolah.
Mungkin, gadget adalah sebuah perangkat yang banyak
dihindari para orang tua untuk anak-anaknya. Di sisi lain, bak pisau bermata dua,
gadget juga dapat menjadi wadah yang tepat untuk belajar anak. Zaman
yang canggih ini, sudah banyak video ekukatif yang dapat ditonton; lewat lagu,
lewat cerita, ataupun lewat tebak-tebakan gambar.
Arsha, anakku yang pertama, suka sekali melakukan aktivitas edukatif selama liburan,
yaitu menonton konten tentang berbagai macam bendera negara dan menebak jawabannya.
Kalau dipikir-pikir, tontonan seperti itu seperti suatu hal yang sepele
dan sekilas tak ada manfaat, ya, bagi kita para orang tua? Padahal, bagi
anak-anak, hiburan itu bisa berperan penting untuk ingatan sekaligus menjadi
ajang pengisian bahan bakar untuk otak anak.
Anak-anak jadi mempunyai cara inovatif dalam belajar, yang tidak
terasa membosankan namun tetap berpengaruh bagi perkembangan otaknya. Mereka
jadi tahu wawasan umum yang mungkin tidak terlalu fokus diajarkan pada saat sekolah.
Zaman kita sekolah dulu, wajib menghafal buku RPUL dan RPAL, kan, Parents? Tetapi zaman sekarang, sepertinya anak-anak
sudah tidak diwajibkan lagi, yang mungkin jadi salah satu sumber akibat pada penurunan pengetahuan
umum di kalangan anak-anak.
Berbagai hal ada porsinya, begitu pula juga penggunaan gadget.
Penggunaan gawai tetap harus dalam pengawasan orang tua, ya, Parents! Sebab, peran
orang tua sebagai pembimbing anak dalam belajar sangat dibutuhkan sekali untuk
memperhatikan kemampuan akademik dan kepribadiannya.
Ingat… membimbing dan membantu, ya, Parents!
Sesuai Metode Kumon yang bisa disimak
di sini.
Waktunya liburan, waktunya juga mengajak anak jalan-jalan. Setelah
disibukkan dengan kegiatan sekolah dari Senin hingga Jumat, berminggu-minggu, dan
berbulan-bulan, ada baiknya Parents meluangkan waktu sejenak untuk anak bisa
keluar melihat dunia yang indah, sebagai bagian dari kegiatan belajar anak saat liburan.
Tak perlu jauh, tak perlu mahal. Berlibur ke Kebun Raya Binatang,
misalnya, atau ke Pantai Ancol untuk bermain air sudah cukup untuk jadi sarana
belajar mereka mengenal beragam hewan dan ekosistem pantai. Parents bisa
membantu mengenalkan; apa saja hewan-hewan yang bisa dipelihara maupun tidak,
seberapa bahaya hewan pemangsa, dan lainnya.
Parents bisa membiarkan anak-anak berlarian di alam bebas, agar
mereka bisa maju dengan pengalaman mandiri, serta berpikir dan memperbaiki
kesalahannya sendiri, seperti
Fitur Lembar Kerja Kumon.
Jika kedua tempat itu masih terlalu jauh bagi Parents, cukup bawa
anak-anak ke taman terdekat dari rumah saja, deh! Biarkan mereka mengexplore
kemampuan yang dimiliki sendiri dan menjelajahi hal yang baru mereka lihat dan alami. Dijamin energi dan mood anak-anak
langsung full charge 100% dan siap untuk masuk ke kelas lagi di tahun
ajaran yang baru.
Melihat pola umum di berbagai Kelas Kumon, di mana banyak anak tumbuh menjadi siswa yang luar biasa, Presiden Kumon Asia dan Oseania, Mr. Minoru Maeda, menyampaikan harapannya kepada para Pembimbing Kumon:
Tumbuhkanlah rasa selalu ingin belajar di dalam benak anak-anak
kita. Belajar dalam hal apapun, dalam aspek apapun. Sebab kita semua hidup di
dunia ini baru pertama kali, dan segala hal yang kita lakukan pun baru pertama
kali kita lakukan dalam hidup. Itulah pentingnya belajar, dari belajar kita
akhirnya mengerti dan dapat menjalani hidup.
Kumon
menawarkan pengalaman belajar Matematika, Bahasa Inggris,
dan Bahasa Indonesia yang tetap seru bagi anak-anak. Fitur Lembar Kerja Kumon membantu
anak belajar mandiri. Ada lebih dari 4.420 lembar kerja Matematika mulai dari
materi prasekolah hingga SMA.
Jadi, belajar bukan hanya dari buku saja, belajar juga bisa diperoleh dari hal apapun. Dari manapun, kapanpun, di usia berapapun. Liburan pun tetap bisa belajar, kok! 😉
📌 Sumber: Website Kumon Global
Inesia Pratiwi
Terima kasih sudah membaca 💐
0 Comments